SISTEM POLITIK ISLAM

A. PENGERTIAN SISTEM POLITIK ISLAM
Politik adalah 'ilmu pemerintahan' atau 'ilmu siyasah', yaitu 'ilmu tata negara'. Pengertian dan konsep politik atau siyasah dalam Islam sangat berbeda dengan pengertian dan konsep yang digunakan oleh orang-orang yang bukan Islam. Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan ummah kepada usaha untuk mendukung dan melaksanakan syari'at Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan.
Dalam fikih siyasah disebutkan bahwa garis besar fikih meliputi : (acep djazuli,2000:15)
1) Siyasah dusturiyyah (tata Negara dalam islam)
2) Siyasah dauliyya (politik yang mengatur hubungan antara satu Negara islam dengan Negara Negara islam lain atau Negara sekuler lainnya.
3) Siyasah mailiya (system ekonomi Negara)
B. Asas-asas Sistem Politik Islam
1. Tauhid
Tauhid berarti bahwa hanya Allah sajalah yang diakui sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pemilik alam semesta dan segala isinya. Penyembahan dan kepatuhan hanya boleh ditujukan pada-Nya saja. Kekuasaan segala sesuatu yang ada di dunia ini dan juga segala sesuatu itu sendiri tak ada yang kita peroleh atas hak kita sendiri. Semua itu adalah anugerah Allah semata. Jadi bukanlah hak kita untuk memutuskan batas-batas wewenang dunia kita, juga bukanlah hak orang lain untuk menetapkan itu. Hak tersebut hanya pada Allah saja, yang telah memberi kita akal pikiran untuk menelaah itu semua. Prinsip Tauhid sama sekali menghapuskan konsep kedaulatan hukum dan politik yang berada di tangan manusia, kerajaan maupun ras yang mengangkat kedudukan dirinya ke atas wewenang itu. Hanya Allah saja yang berhak menjadi penguasa dan perintah-perintah-Nya adalah hukum yang harus dijalankan dalam Islam.
Fir man Allah yang artinya:
• "Dan tidak ada sekutu bagi Nya dalam kekuasaan Nya."
(Al Furqan: 2)
• "Bagi Nya segaIa puji di dunia dan di akhirat dan bagi Nya segata penentuan (hukum) dan kepada Nya kamu dikembalikan."
(Al Qasas: 70)
• "Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah."
(Al An'am: 57)
2. Risalah
Jalan kehidupan para rasul diiktiraf oleh Islam sebagai sunan al-huda atau jalan jalan hidayah. Jalan kehidupan mereka berlandaskan kepada segala wahyu yang diturunkan daripada Allah untuk diri mereka dan juga untuk umat umat mereka. Para rasul sendiri yang menyampaikan hukum-hukum Allah dan syari'at syari'at Nya kepada manusia.
Risalah berarti bahwa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia sejak Nabi Adam hingga kepada Nabi Muhammad s.a.w adalah satu asas yang penting dalam sistem politik Islam. Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah di dalam bidang perundang-undangan dalam kehidupan manusia.
Para rasul menyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan mereka. Dalam sistem politik Islam, Allah telah memerintahkan agar manusia menerima segala perintah dan larangan Rasulullah s.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah-perintah Rasulullah s.a.w dan tidak mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim dalam segala perselisihan yang terjadi di antara mereka.

Firman Allah yang artinya:
• "Apa yang diperintahkan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagi kamu, maka tinggalkanlah."
(Al Hasyr: 7)
• "Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah."
(An Nisa': 64)
• "Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang orang mu'min, akan Kami biarkan mereka bergelimang daiam kesesatan yang telah mereka datangi, dan Kami masukkan ia ke dalam jahannam dan jahannam itu adalah seburuk buruk tempat kembali."
(An Nisa: 115)
• "Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya."
(An Nisa': 65)

3. Khalifah
Khalifah berarti perwakilan. Dengan pengertian ini, bahwa kedudukan manusia di atas muka bumi ialah sebagai wakil Allah. Ini juga bermaksud bahwa di atas kekuasaan yang telah diamanahkan kepadanya oleh Allah, maka manusia dikehendaki melaksanakan undang-undang Allah dalam batas-batas yang ditetapkan. Atas landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik, tetapi ia hanyalah khalifah atau wakil Allah yang menjadi Pemilik yang sebenarnya.
Kami beri analogi seperti ini, misal anda memiliki sebidang tanah di mana anda menunjuk seseorang untuk merawatnya atas nama anda. Anda menetapkan 4 persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama, hak milik tanah tersebut tetap atas nama anda. Kedua, dalam mengurus tanah tersebut dia harus bertindak sesuai perintah-perintah anda. Ketiga, dia menjalankan wewenang atas tanah tersebut dalam batas-batas yang telah anda tetapkan. Keempat, dalam melaksanakan amanat itu ia hanya boleh melaksananakan kehendak anda bukan atas tujuan dirinya sendiri. Itulah yang saya gambarkkan 'perwakilan', inilah juga yang ada dalam konsep khilafah dimana Allah lah Pemilik dunia ini.
Firman Allah yang artinya:
• "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi... "
(Al Baqarah: 30)
• "Kemudian Kami jadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi sesudah mereka supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat."
(Yunus: 14)
Seseorang khalifah hanya menjadi khalifah yang sah selama mana ia benar benar mengikuti hukum hukum Allah. Oleh itu khilafah sebagai asas ketiga dalam sistem politik Islam menuntut agar tugas tersebut dipegang oleh orang-orang yang memenuhi syarat-syarat berikut:
 Mereka mestilah terdiri daripada orang-orang yang benar-benar menerima dan mendukung prinsip-prinsip tanggungjawab yang terangkum di dalam pengertian khilafah.
 Mereka tidak terdiri daripada orang-orang zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah serta bertindak melanggar batas-batas yang ditetapkan oleh-Nya
 Mereka mestilah terdiri daripada orang-orang yang berilmu, berakal sehat, memiliki kecerdasan, kea'rifan serta kemampuan intelek dan fizikal.
 Mereka mestilah terdiri daripada orang-orang yang amanah sehingga dapat dipikulkan tanggungjawab kepada mereka dengan aman dan tanpa keraguan.

C. Prinsip-prinsip Dasar Siyasah Dalam Islam
Prinsip-prinsip dasar siyasah dalam islam meliputi antara lain :
1) Musyawarah.
2) Pembahasan bersama.
3) Tujuan bersama yakni untuk mencapai suatu keputusan.
4) Keputusan itu merupakan penyelesaian dari suatu masalah yang di hadapi bersama.
5) Keadilan.
"..maka berilah keputusan di antara manusia dengan 'adil dan janganlah kamu mengikut hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu daripada jalan Allah. Sesungguhnya orang orang yang sesat daripada jalan Allah akan mendapat 'azab yang berat, kerana mereka melupakan hari perhitungan."
(Sad: 26)
6) Al-musaawah atau persamaan.
7) Al-hurriyyah (kemerdekaan/kebebasan).
8) Perlindungan jiwa raga dan harta masyarakat.

D. Tujuan Politik Menurut Islam
Tujuan sistem politik Islam ialah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan dan kenegaraan yang tegak atas dasar melaksanakan seluruh hukum syari'at Islam. Tujuan utamanya ialah untuk menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam. Dengan adanya pemerintahan yang mendukung syari'ah, maka akan tertegaklah al Din dan berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutan tuntutan al Din tersebut.
• Para fuqaha Islam telah menggariskan sepuluh perkara penting sebagai tujuan kepada sistem politik dan pemerintahan Islam.
 Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh 'ulama' salaf dari kalangan umat Islam.
 Melaksanakan proses pengadilan di kalangan rakyat dan menyelesaikan masalah di kalangan orang-orang yang berselisih.
 Menjaga keamanan daerah daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan aman dan damai .
 Melaksanakan hukuman-hukuman yang ditetapkan syara' demi melindungi hak-hak manusia.
 Menjaga perbatasan negara dengan berbagai persenjataan bagi menghadapi kemungkinan serangan dari pihak luar.
 Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
 Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat dan sedekah sebagai mana yang ditetapkan oleh syara'.
 Mengatur anggaran perbelanjaan dari perbendaharaan negara agar tidak digunakan secara boros ataupun secara kikir.
 Mengangkat pegawai-pegawai yang cakap dan jujur bagi mengawal kekayaan negara dan menguruskan hal-hal Negara.
 Menjalankan pengaulan dan pemeriksaan yang rapi, amam demi untuk memimpin negara dan melindungi al Din.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BENTUK-BENTUK PERUSAHAAN DI INDONESIA

POTENSI DAN ANCAMAN PULAU TERLUAR INDONESIA